Hey Guys!
Setelah melewati hari pertama gw di Belitung, gw gak sabar untuk cari tahu tempat-tempat lain yang bisa diexplore di sana. Selesai packing tenda kita di Pantai Nyiur Melambai, kita buru-buru ke destinasi selanjutnya sekaligus numpang mandi lagi. Sudah gerah banget!
1 Februari 2017
- Kampung Ahok dan Sanggar Batik De Simpor
Kayaknya ini menjadi salah satu destinasi wajib yang didatangi wisatawan ya. Setelah Ahok beken banget jadi Gubernur Jakarta, Belitung pun jadi terangkat. Lokasi tersebut berada di daerah Manggar, tempat masa kecil Ahok. Bangunan utama Kampung Ahok dibuat oleh Bapak Basuri, adik Ahok, berupa rumah panggung adat Belitung yang merupakan tiruan rumah keluarga besar mereka di tahun 1924. Di sana kita menumpang mandi dan kebetulan masih sangat pagi jadi belum ada wisatawan lain yang berkunjung. Penjaga Kampung Ahok ramah banget. Gw jadi mikir apa semua orang Belitung ramah begini ya. Mandi di sana gak dikenakan biaya, cuma jaga kebersihan lingkungannya saja sudah cukup.
Di seberang bangunan itu ada rumah keluarga Bapak Basuri, dan sebelahnya ada Sanggar Batik De Simpor. Di sana dijual beberapa souvenir Belitung dan kaos-kaos Ahok. Batiknya keren juga lho! Beberapa motifnya sangat kontemporer. Harganya ada yang 200ribuan hingga 300an.
Setelah dari sana kita mampir sebentar ke klenteng dekat dengan lokasi Kampung Ahok
- Bukit Batu
Perjalanan dari Kampung Ahok ke Bukit Batu cukup lama (walaupun di Belitung, perjalanan paling lama hanya sejam kayaknya) dan kita ditemani kaset lawas Selly Marcellina. Gak pernah kenal dia siapa tapi lagu-lagunya lucu juga, ditambah Jansen jago banget ngelawak ngeledekin liriknya. Perjalanan pun jadi makin asik. Gw paling suka lagu Aku Bukan Boneka dan Aku Cinta Kamu. Semoga beruntung bagi yang kepo mau cari tracknya di Youtube (soalnya gw sempet nyari dan susah ketemu, ketemunya malah film-film xxx-nya Sally -.-‘).
Bukit Batu ini sebenarnya merupakan kawasan pribadi, dan katanya biasanya ada penjaganya yang meminta retribusi di pintu masuk tapi saat itu kita gak melihat penjaga satu pun. Perjalanan ke sana agak cukup menanjak, seperti menuju ke Kawah Putih di Ciwidey, Bandung. Di sana ada satu bangunan besar dan maju sedikit lagi, kita disuguhkan dengan pemandangan OKE banget! Lokasinya hijau, banyak pohon, juga berpapasan langsung dengan laut dan banyak bebatuan pula.
Sesampainya kita di sana ada 1 makhluk yang datang.
Kita makan siang di sana: nasi, kuah indomie, dan martabak indomie -.-‘
Gw sendiri penasaran banget sama anjing satu ini, lucu dan kelaparan kayaknya. Kita kasih dia dan langsung dihabiskan dengan lahap. Karena kita gak tahu namanya siapa jadi kita panggil aja Unyung (nama anjing gw di rumah). Selepas dari sana kita belum memutuskan mau buka tenda di mana, antara di sini atau di Pantai Burung Mandi. Gak lama setelah kita makan siang di sini, kita berangkat untuk cek tempat satunya lagi. Unyung sedih banget! Dia lari ngejar mobil kita sampai cukup jauh, jadi ingat Hachiko! Saat itu gw berdoa, semoga kita bermalam di sana.
- Vihara Dewi Kwan Im
Sebagai rumah ibadah masyarakat penganut Tri Dharma, Vihara ini juga merupakan salah satu objek wisata bagi segala umat. Terlihat juga wisatawan yang memakai hijab datang dan mengunjungi patung Dewi Kwan Im untuk sekedar berfoto dengan keluarga. See? Kalau kalian aktif di medsos, pasti lagi sering dengar deh banyak ribut antar suku antar golongan. Padahal, kenyataannya, toleransi itu masih banyak banget terlihat kok. Apa yang gw lihat di Vihara ini cuma salah satu contoh.
Vihara ini kabarnya sudah berdiri 300 tahun lamanya. Kalau dilihat dari kondisinya, menurut gw gak terlalu kelihatan tua dan cat-catnya masih bagus. Di sini sedang dibangun area terbuka dengan patung Dewi Kwan Im yang besar banget. Sore harinya kita menumpang mandi di sini xD
- Pantai Burung Mandi
Pantai ini menjadi salah satu opsi kita untuk bermalam. Situasinya mirip seperti Pantai Nyiur Melambai, agak komersil, tapi banyak pemandangan kapal-kapal nelayan di sini yang bikin view gak flat itu-itu aja. Kita berjalan ke arah ujung area pantai tapi gw agak nyesel gitu soalnya NYAMUKNYA GANAS-GANAS! Bener-bener jauh lebih ganas dari Nyiur Melambai. Kita langsung geleng-geleng setuju gak mau ngecamp di sini. Anyway, untuk wisata pantainya cukup ok, tapi seperti yang lainnya, di sini banyak sampah.
Akhirnya kita ngecamp di Bukit Batu (yeaaa, Unyung senang!) Sebelumnya kita membeli lagi beberapa perlengkapan seperti bahan makanan. Sesampainya di Bukit Batu, kita disambut lagi oleh Unyung. Kita langsung survey lokasi yang enak untuk bermalam dan kita memilih untuk buka tenda di taman dekat pantai. Gak di mana-mana, sampah banyak banget, di sini juga. Gw udah geregetan dari tadi siang, rasanya mau cari sapu lidi. Akhirnya saat sore, gw operasi bersih daerah sekitar camp. Gw dan teman-teman pungutin sampah sekalian untuk jadi bahan bakaran api unggun nanti malam. Karena hari mulai hujan, kita pindahin beberapa barang ke saung dan kita mulai masak makan malam. Lagi asik-asik masak, ada beberapa barang yang kurang dan kelupaan beli. Paulus kayaknya udah capek nyetir jadinya gw akhirnya jalan ke toko sembako. Memang gw sudah punya feeling mobil pinjaman kami gak enak, di tambah gw udah setahun gak nyetir mobil manual jadinya makin kagok. Pendeknya, mobil nabrak pohon pinus saat gw mundur mau muter balik T^T Gw terlalu fokus di kiri karena di kiri ada jurang, gak engeh gw juga harus lihat spion kanan lol! Kaca lampu sen kanan pecah dan gw siap-siap keluar kocek lebih banyak gara-gara kejadian ini. Teman-teman gw semua pada nyantai aja, they helped me calming down myself.
Malamnya, karena gak ada cahaya sama sekali (kecuali lilin), langit terlihat cerah banget! Kita optimis pasti bisa dapat milky way, dan memang tinggal dikit lagi!! Tinggal nunggu sedikit lagi sampai buntutnya kelihatan.
Sambil nunggu waktu, kita main-main dengan bulb photography, seru banget dan ketawa melulu kita pas prosesnya.
Sayangnya, gak lama setelah itu langit mendung. Pupuslah harapan kami motret milky way sekali lagi.